Kamis, 22 Maret 2012

Kita hanya perlu membuat aturan dan mentaatinya

Jadi ingat masa kecil. Menyenangkan. Dunia anak memang sangat menyenangkan. Di jaman aku masih kecil.... (sambil memandang ke atas mengingat-ingat masa itu) kira- kira tahun tujuh puluhan berapa gitu, di mana pada saat itu belum ada banyak saluran TV. Satu-satunya saluran TV ya TVRI yang hanya bisa dilihat dalam dua warna: hitam dan putih. Juga belum ada bermacam-macam game. Jadi permainan kami ya permainan tradisional.

Permainan kami ya permainan tradisional. Ada permainan yang kami lakukan secara berpasangan seperti permainan dakon, bekel, kecikan dan yang lain. Ada juga permainan yang kita lakukan dengan berkelompok seperti gobag sodor, Lintang alihan, Betengan dan lain sebagainya. Beberapa permainan itu ada yang tidak terlalu menguras tenaga tetapi banyak juga yang mengharuskan kami berlairan dan cukup menguras tenaga kami.
Di setiap permainan itu ada satu hal yang harus selalu kami lakukan yaitu menentukan aturan main antar sesama pemain. Bisa jadi aturan itu sudah ada dan baku. tetapi tetap saja sebelum permainan dilakukan harus selalu ditegas aturan mainnya. Aturan baku itu bisa saja diubah asal disetujui oleh setiap pemain. Kalau semua sudah setuju dan bersepakat untuk mematuhinya, maka permainanpun dapat dilaksanakan dengan aman. Artinya tidak berpeluang menimbulkan konflik di tengah perjalanan.
 Membuat aturan main dan sepakat untuk mematuhinya. Dua hal yang sangat prinsip yang akan menentukan apakah permainan nanti akan berjalan aman atau menuai pertengkaran.
Tampaknya menjalani hidup ini tak jauh beda dengan melakukan permainan. Yang kita lakukan bersama dengan keluarga (anak-suami-istri) dan juga bersama teman di kantor, bersama mitra kerja, bersama tetangga dalam kehidupan bermasyarakat mirip-mirip atau beda tipis dengan permainan yang kita lakukan di masa kecil dulu. Perlu ditetankan aturan main dan disepakati untuk ditaati. Aturan main yang tidak jelas, berpeluang memunculkan  pemahaman yang tidak sama antar pelaku. tidak adanya kesepakatan untuk mematuhi aturan yang berlaku juga akan menimbulkan perasaan tidak puas, yang semua itu akan memicu munculnya konflik.
Maka, ketika kita menjadi bagian dari sebuah sistim, kita harus siap mengetahui aturan main dan siap mematuhinya. Kalau ada orang baru yang masuk dalam sistim kita ya jangan pelit-pelit untuk menyampaikan aturan main yang sudah kita sepakati. Kalau kita menjadi orang baru dalam suatu sistim? Yah.... mendengarkan, mengamati dan berusaha memahami aturan main dalam sistim tersebut, terus berusaha mengikuti kesepakatan yang ada.
Kalau kita rasa aturan mainnya gak baik, dan kita ingin mengubahnya?
Sampaikan pendapat kita dengan cara yang santun. Jangan merasa bahwa aturan yang kita bawa paling benar. Bahkan kalau perlu kita harus bisa memberikan bukti (setidaknya argumen) bahwa aturan baru akan membuat kerja sistim lebih baik. Kalau saat itu tetap ditolak?
Jangan putus asa. Diperlukan energi dan waktu untuk memperjuangkannya. Ikuti dulu sistimnya sepenuh hati. Pelajari kelebihan dan kekurangannya dengan seksama. Fokuskan pada satu target, bahwa apapun yang akan kita lakukan adalah untuk memperbaiki kerja sistim. Bukan untuk mendapatkan pengakuan. Bukan untuk memenangkan ego kita dan menguntungkan satu orang atau satu golongan tertentu.
Sepanjang yang kita lakukan adalah untuk kebaikan kita harus yakin bahwa yang kita dapatkan adalah yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar