Pernah berbincang-bincang dengan seorang koki atau juru
masak? Pernah berbincang-bincang dengan seorang penulis, pesolek, shopingholic,
atau seorang perokok? Kalau pernah (meski tidak semuanya) tentu anda bisa
merasakan bahwa diantara mereka itu ada perbedaan yang mendasar. Gaya bicara mereka mungkin sama. Penampilan juga
mungkin sama. Tetapi ada yang tidak sama diantara mereka yaitu yang selalu mereka
pikirkan. Yang mereka anggap penting dalam hidup mereka.
Yang pasti, karena setiap orang itu memiliki prioritas yang
berbeda, maka cara berpikir, sikap dan perilaku orang akan berbeda satu dengan lainnya. Lihat deh
orang-orang yang ada di sekeliling anda, dan bandingkan dengan anda. Tidak sama
kan? Perhatikan teman anda yang seorang penulis. Bagi anda menulis adalah
pekerjaan yang (boleh) dilakukan hanya kalau anda punya waktu luang. Sementara bagi
teman anda tidak demikian. Menulis itu adalah kebutuhan. Jadi harus dialokasikan
waktu untuk melakukannya. Dia tidak lagi menganggapnya sebagai sebuah hobi. Dia lakukan itu sebagai
sesuatu yang penting dan harus dilakukan dalam kesehariannya.
Penting. Satu kata ini memang luar biasa. Bila dia sudah
tertanam kuat dalam pemikiran seseorang,
ia akan mengarahkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Semakin kuat ia tertanam,
semakin kuat pula arahannya.
Sederhananya kurang lebih begini. Anda merasa perempuan,
seorang istri, seorang ibu dan seorang karyawan. Anda memiliki suami, anak dan
rekan-rekan sejawat. Kondisi teman-teman
anda tidak jauh berbeda dengan anda. Mereka jugaseorang istri, seorang ibu dan
seorang karyawan. Tapi anda merasa berbeda dengan mereka. Ada teman anda yang
masih sempat ikut fitness bahkan renang setiap minggu. Anda tidak. Ada lagi
teman anda yang mengambil kursus bahasa Inggris seminggu dua kali. Ada lagi
teman anda yang menjadi pengurus kegiatan social dikampungnya. Sementara anda
tidak. Anda merasa tidak punya waktu
untuk melakukan semua itu. Anda merasa waktu anda habis untuk mengurus suami, anak-anak serta pekerjaan rumah yang lain. Anda menganggap kondisi yang berbedalah yang membuatnya begitu. Teman-teman anda lebih beruntung karena punya
fasilitas, karena suaminya begini atau karena anaknya begitu.
Menurutku hal itu tidak sepenuhnya benar. Yang menjadi
pembeda antara anda dan teman anda adalah prioritas hidup. Mereka
memprioritaskan sesuatu yang bukan menjadi prioritas bagi anda. Sementara anda
memprioritaskan sesuatu yang tidak mereka prioritaskan. Apakah anda salah dan
mereka benar? Tidak! Apakah anda benar dan mereka salah? Juga tidak. Yang salah
adalah bila anda berpikir semua itu terjadi karena teman anda diuntungkan oleh
keadaan sedang anda tidak.
Sekali lagi keadaan itu bisa diciptakan. Siapa yang
menciptakan? Kita. Dengan cara bagaimana? Ya dengan cara menentukan prioritas
hidup. Mengapan Hellen Keller menjadi sangat terkenal dan menjadi tokoh legendaris
padahal ia terlahir sebagai seorang yang buta tuli sejak ia masih kecil. Anda bisa bayangkan betapa susah hidup yang
ia jalani dengan kondisi yang sangat terbatas seperti itu. Tapi faktanya ia
menjadi orang yang sangat terkenal karena kecerdasannya, karena kearifannya. Ia
menulis banyak buku dan mencerahkan banyak orang. Kisahnya bisa anda baca di sini Apakah anda masih berfikir kondisi lebih berpihak kepada dia dari pada anda?
Maka, kenalilah prioritas diri anda. Prioritas ini akan
menentukan kemana anda akan menuju titik akhir hidup anda. Kalau anda merasa yakin prioritas anda sudah benar dan anda bertekad
untuk mempertahankannya, ya silahkan. Biarkan orang lain yang sudah nyaman
dengan prioritas hidup mereka menjalani kehidupannya. Gak usah juga
mengkambinghitamkan situasi kondisi kalau dalam perjalanannya mereka mendapatkan
lebih dari apa yang kita dapatkan.
Apa yang kita peroleh nanti sangat tergantung dari apa yang
kita prioritaskan hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar